Suatu sore sepulang dari les aku mampir untuk membeli jagung rebus pesanan Ibuku di kawasan GOR wergu wetan Kudus, dan kebetulan ada seorang ibu-ibu penjual jagung rebus yang sedang menjajakan dagangannya. Akupun datang menghampirinya untuk membeli jagung dan sempat bertanya-tanya kepada penjual jagung itu.
Namanya adalah Ibu Suparni, setiap hari Ibu Suparni berjualan jagung rebus keliling di daerah sekitar GOR. Jika sore menjelang ia biasa mangkal di depan SD N 1 Wergu Wetan . Ibu satu anak tersebut berjualan mulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 7 malam. Dengan penghasilan yang tidak menentu , Ibu Suparni berjuang untuk menghidupi keluarganya. Cuaca yang kurang bersahabat tidak menyurutkan semangat Ibu berusia 50 tahun itu hanya demi menafkahi keluarganya.
Ibu Suparni dalam sehari hanya memperoleh uang kurang dari Rp. 50.000, jika sedang ramai ia bisa memperoleh uang hingga Rp. 100.000 itupun dengan hasil usaha tambahannya dari menjual kedelai rebus. Ibu Suparni hanya mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang Sekolah Dasar. Walaupun pemerintah sudah menggalakan program Bantuan Oprasional Sekolah (BOS), namun biaya sekolah tidak sekedar hanya untuk membayar uang SPP, akan tetapi juga untuk kebutuhan lain seperti buku dan yang lainnya.
Itulah sepenggal kisah kehidupan seorang yang mengalami keterbatasan dan kekurangan ekonomi dari banyaknya masyarakat kecil di negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar